Sunday, March 06, 2005

"Inilah Pesta Jazz yang Sesungguhnya..."

TIDAK ada kata yang lebih pantas untuk disematkan kepada penyelenggaraan Jakarta International Java Jazz Festival (JIJJF) 2005, selain kata luar biasa. Setelah pembukaan pada hari pertama Jumat (4/3) lalu, mendapat sambutan yang sangat antusias oleh masyarakat pencinta jazz Tanah Air. Pada hari kedua semalam (5/3), animo masyarakat semakin membludak saja.
Betapa tidak, setelah disentak oleh aksi para legenda musik jazz dunia seperti George Duke dan The Godfather of Soul James Brown serta beberapa ikon penting lainnya. Semalam, giliran Deodato, Earth Wind & Fire Experience Feat Al Mckay All Star serta Incognito membius ribuan apresian yang menyesak di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC). Bahkan, sambutan luar biasa ini juga ditunjukkan di sepuluh arena atau hall lainnya yang menyuguhkan aksi dari para jazzer terkemuka Tanah Air dan mancanegara. Lihatlah, ketika JIJJF yang secara resmi saban harinya dimulai mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB senantiasa dijejali oleh penikmatnya.
Sehingga tak syak, ajang yang digagas oleh berbagai elemen yang berikhtiar membangun kembali citra positif Indonesia di dunia internasional ini berlangsung tak ubahnya fiesta rakyat yang sesungguhnya. Lihatlah, betapa tampilan pemain jazz Tanah Air seperti Adjierao & Jendela Ide Kids Percussion, Aksan Sjuman Quartet, Andien, Bali Lounge and Gita Wiryawan, Bayu Wirawan Trio, Bertha & Friends, Bintang Indrianto & Sujiwo Tejo, Bubi Chen Quartet, Bunglon, Canizzaro Featuring Mus Mujiono, Cherokee, Clorophyl, CO-P, D'Band, DJ Glenn serta beberapa nama lainnya tetap mendapat sambutan yang sangat hangat dari penikmat jazz.
Sebagaimana dituturkan promotor JIJJF Peter F Gonta, musik jazz yang kerap diidentikkan sebagai musik yang (cenderung) berat dan hanya diminati oleh kalangan tertentu, tampaknya telah mengalami pergeseran makna. Lihatlah penikmat JIJJF, dari remaja usia belasan hingga paruh baya tumplek blek di sebelas arena yang tersedia.(Benny Benke-78)

Saturday, March 05, 2005

Jazz lovers finally get their fill

March 5, 2005
The Jakarta Post, Jakarta

It was a night of delight for jazz lovers, as dozens of international and local acts performed and interacted on the first day of the Java Jazz Festival on Friday.

Continuous performances gave jazz lovers reason to be thankful that noteworthy music acts had finally come to the capital.

Performers took turns in taking to the 11 stages, erected inside the Jakarta Convention Center (JCC) in Senayan, Central Jakarta. Some of the stages were set up in open spaces and without barriers so that the audience could closely watch and interact with the performers.

The festival kicked off with a powerful traditional Acehnese dance performance by the Dedy Luthan Dance Company accompanied by percussionist Steve Reid, Adjie Rao and scores of child percussion players.

The child percussionists managed to outshine the dance performance with a polished knack that could put Led Zeppelin's John Bonham to shame.

No sooner had the opening performance wrapped up when lyrical flamenco guitar playing was heard from the stage closest to the main hall entrance.

A guitar duo of the Romero's quickly drew a crowd, and for 30 minutes they listened to flamenco-tinged songs.

The festival came to full life later in the evening when more people swarmed the convention center for the performances of piano player George Duke, female crooner Laura Fygi and ultimately the performance of the godfather of soul, James Brown.

The air was electric with expectation, and concertgoers patiently waited for the piano-playing Duke when his stage appearance was delayed for more than 45 minutes. And when Duke finally appeared, the audience applauded thunderously.

Some last-minute changes in the schedule irritated some who had arranged their time to fit in with a particular show.

"I had a tight schedule today but managed to keep after 8 p.m. free so I could watch Laura Fygi. She was the reason I bought the ticket," said patron Johan Kusnadi.
"But they changed the schedule to seven o'clock and I missed Laura's show."

Fygi, who got a standing ovation on Friday night, said she was worried she would be confronted with an empty room because of the change in schedule.

However, many people had been at JCC since performances stared in the afternoon so they knew about the changed schedule. About 500 people packed Assembly I room at JCC to watch the Dutch crooner and her band.

Jakarta Digoyang Jazz

Sabtu, 5 Maret 2005

JAKARTA—Publik jazz di Tanah Air punya gawe besar. Jakarta International Java Jazz Festival 2005 (JIJJF) mulai digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (4/3) kemarin pukul 16.00 WIB.
Sebanyak 42 pertunjukan di sebelas panggung In-door digelar hingga Sabtu (5/3) pukul 01.45 WIB. Salah satu dari penampil pembuka pada hari pertama JIJJF adalah kerja sama suguhan musik perkusi yang menampilkan Adjie Rao, Steve Reid, dan tujuh pemain perkusi yunior dari Jendela Ide Bandung. Aksi para musisi jazz itu makin rancak dengan tampilnya para penari dari Deddy Luthan Dance Company. Mereka berhasil menarik perhatian banyak penonton di lobi Plenary Hall JCC. Mereka bergoyang rancak mengikuti irama musik.
Dalam pertunjukan selama sekitar satu jam itu, mereka menampilkan lima nomor. Saat para pemusik beraksi, sepuluh penari menyajikan koreografi yang dibikin sesuai dengan irama musik tersebut.
Penampilan itu mampu menarik para penonton, terutama, karena menghadirkan tujuh pemain perkusi yang masih berusia belia antara 9-12 tahun. Adjie Rao dan kawan-kawan berlatih selama sebulan (seminggu dua kali) untuk tampil di JIJJF. Penggabungan antara musik dan tarian baru dilakukan dua minggu belakangan atas gagasan pihak penyelenggara JIJJF.
Pertunjukan lain yang juga mampu menarik perhatian banyak penonton adalah suguhan musik bosanova dari Elfa Secioria dan kawan-kawan yang menamakan diri mereka Elfa’s Bossas. Mereka tampil pada pukul 17.00 hingga pukul 17.40 WIB di Assembly Hall 1. Sekitar 200 penonton memenuhi ruangan itu.
Elfa’s Bossas terdiri atas Elfa Secioria (piano akustik), 14 pemusik pendukung, dan empat vokalis yang terdiri dari Lita Zen, Uci Nurul, Vera, dan Yuyun. Mereka membawakan lagu-lagu berirama bossas dari luar negeri yang sudah terkenal seperti “Girl from Ipanema”, “Tangerine”, “Solitude”, “Adios America”, dan “Shadow of Your Smile”.
Para penonton yang dibuai irama bossas pun ikut bertepuk tangan dan menyanyi mengikuti sajian mereka. Setelah Elfa’s, penampil yang muncul adalah George Duke yang menampilkan Glen Fredly sebagai bintang tamu. Lalu Ruth Sahanaya yang tampil bersama Jeff Kashiwa All Stars. Kemudian disusul Sujiwo Tejo menampilkan Bintang Indrianto, Simak Dialog, Nera dengan Gilang Ramadhan-nya, Tania Maria, Krakatau yang dipimpin oleh Dwiki Dharmawan, dan James Brown.
Kendati pertunjukan sudah berlangsung, loket tiket di JCC tetap dibuka untuk memberikan kesempatan kepada calon penonton menyaksikan JIJJF baik untuk pertunjukan malam maupun pertunjukan Sabtu hari ini dan Ahad besok. (kcm)

Java Jazz Nan Meriah

Sabtu , 05/03/2005 02:26 WIB
Reporter: Ana Shofiana S

Detikhot - Jakarta, Event internasional yang banyak ditunggu pecinta musik jazz Indonesia akhirnnya tiba. Di hari pertama, puluhan ribu penikmat musik memenuhi Jakarta Convention Center.
Tepat pukul 16.00 WIB, Java Jazz dibuka di lobi area Jakarta Convention Center. Kolaborasi etnik Dedi Luthan Dance, Adji Rao, Jendela Ide Kids Production dan Steve Reid berhasil menyita perhatian penonton yang baru hadir. Tarian etnik dan musik etnik menyatu memanjakan mata dan telinga.
Selanjutnya, panggung yang berjumlah sebelas mulai diramaikan dengan musik dari berbagai aliran jazz. Seperti di ruang Assembly Hall, Sudjiwo Tejo cukup berhasil menyedot perhatian penonton dengan etnis jazznya.
Tak hanya budayawan nyentrik itu yang dinanti penonton. Penampilan The Groove di Cendrawasih Room juga berhasil menyedot perhatian anak muda. Walau tak lagi bersama Rika, Reza tampil prima dan mampu mengajak penonton bergoyang.
Masih banyak lagi musisi yang tampil di Java Jazz hari pertama ini. Selain penampilan James Brown di penghujung acara, kehadiran George Duke yang berkolaborasi dengan Glen Fredly juga cukup dinanti. Tak hanya itu, penonton juga tak melewatkan kolaborasi indah Ruth Sahanaya dengan Jeff Kashiwa di Plennary Hall.
Selain sajian utama di atas, penonton yang memiliki selera beragam bisa memilih selera musik yang disukainya. Menyukai Sound of rhythm, cukup ke ruang Assembly 1. Di sana ada Elfa's Bossa's, Laura Fygi dan Tania Maria yang tampil secara bergantian. Krakatau yang biasa tampil di luar negeri pun tak mau kalah unjuk kebolehan yang mampu menyesakkan ruangan dengan banyaknya penonton.
Dengan banyaknya sajian musik di sebelas panggung berbeda, pada awalnya penonton cukup kebingungan. Mereka menyerbu meja informasi menanyakan dimana dan kapan musisi idolanya akan tampil. Setiap ruangan bahkan selalu dipadati penonton. namun keruwetan tersebut akan segera terlupakan ketika mereka berhasil menyaksikan langsung sajian di Java Jazz Festival.
Pada hari pertama Java Jazz Festival, jumlah penonton berhasil melebihi target yang hendak dicapai sebanyak 30 ribu. Menurut koordinator media, Dadang, tercatat pada Jumat (4/3/2005) malam sekitar 40 ribu orang memadati JCC. Ada kemungkinan di hari berikutnya jumlah penonton akan bertambah mengingat akhir pekan. Jadi, jangan sampai ketinggalan Java Jazz hari berikutnya. (ana)

Friday, March 04, 2005

KOLABORASI PERKUSI DAN TARIAN ETNIK ACEH BUKA JJF 2005

Berita selengkapnya silahkan klik http://www.antara.co.id/seenws/?id=4376

Adjie Rao Buka Java Jazz, Elfa’s Bossas Diminati Penonton

Laporan : Ati Kamil
Jakarta, KCM

Jumat (4/3), pukul 16.00 WIB, Jakarta International Java Jazz Festival 2005 (JIJJF) telah dimulai di Jakarta Convention Center (JCC).
Sebanyak 42 pertunjukan di sebelas panggung In-door akan digelar hingga Sabtu (5/3) pukul 01.45 WIB.
Salah satu dari penampil pembuka pada hari pertama JIJJF ini, adalah kerja sama suguhan musik perkusi yang menampilkan Adjie Rao, Steve Reid, dan tujuh pemain perkusi yunior dari Jendela Ide Bandung dengan para penari Deddy Luthan Dance Company. Mereka berhasil menarik perhatian banyak penonton di lobi Plenary Hall JCC.
Dalam pertunjukan sekitar satu jam itu, mereka menampilkan lima nomor. Sementara para pemusik beraksi, sepuluh penari menyajikan koreografi yang dibikin sesuai dengan irama musik itu.
Penampilan tersebut mampu menarik para penonton, terutama, karena menghadirkan tujuh pemain perkusi yang masih berusia 9-12 tahun.
Adjie Rao dan kawan-kawan berlatih selama sebulan (seminggu dua kali) untuk tampil di JIJJF. Penggabungan antara musik dan tarian baru dilakukan dua minggu belakangan atas gagasan pihak penyelenggara JIJJF.
Pertunjukan lain yang juga mampu menarik perhatian banyak penonton, adalah suguhan musik bosanova dari Elfa Secioria dan kawan-kawan yang menamakan diri mereka Elfa’s Bossas. Mereka tampil pada pukul 17.00 hingga pukul 17.40 WIB di Assembly Hall 1. Sekitar 200 penonton memenuhi ruangan itu.
Elfa’s Bossas terdiri dari, Elfa Secioria (piano akustik), 14 pemusik pendukung, dan empat vokalis yang terdiri dari Lita Zen, Uci Nurul, Vera, dan Yuyun. Mereka membawakan lagu-lagu berirama bossas dari luar negeri yang sudah terkenal seperti Girl from Ipanema, Tangerine, Solitude, Adios America, dan Shadow of your smile.
Para penonton yang dibuai irama bossas itu pun ikut bertepuk tangan dan menyanyi mengikuti sajian mereka.
Setelah Elfa’s, penampil yang akan muncul adalah, George Duke yang menampilkan Glen Fredly sebagai bintang tamu, Ruth Sahanaya yang tampil bersama Jeff Kashiwa All Stars, Sujiwo Tejo yang menampilkan Bintang Indrianto, Simak Dialog, Nera dengan Gilang Ramadhan-nya, Tania Maria, Krakatau yang dipimpin oleh Dwiki Dharmawan, dan James Brown.
Kendati pertunjukan sudah berlangsung, loket tiket di JCC tetap dibuka untuk memberikan kesempatan kepada calon penonton menyaksikan JIJJF baik untuk pertunjukan malam ini maupun pertunjukan Sabtu dan Minggu. (jy)

Sumber: www.kompas.com (04/03/2005)
<<< back to Jendela Ide