Saturday, July 19, 2003

In-Docs Junior Camp 2003: “Bandung Street Life”

“Wakuncar…waktu kunjung pacar…wakuncar…waktu kunjung…pa…car…”

Sebait lirik lagu keluar dari bibir Rara, seorang anak jalanan berusia 9 tahun, di sebuah lokasi tempat makan di wilayah Cikapundung. Rara bersama Maran, Iphey dan Docro adalah sebagian dari komunitas anak jalanan yang ‘tinggal’ di basecamp Cikapundung.

Selain Rara dan kelompok anak jalanan Cikapundung, ada Budi Dalton, pecinta sepeda motor tua dengan Bikers Brotherhood-nya. Ada juga Cokelat, eks pemakai narkoba dan anak punk yang sekarang menjadi pedagang kaki lima di depan BIP, ada Dini yang mengamen tiap hari bersama ibu dan kakaknya di depan Planet Dago, dan ada juga Herri si pembuat tato dan pelukis foto di Jalan Merdeka. Mereka adalah bagian dari komunitas jalanan yang menjadi subyek film dokumenter peserta In-Docs Junior Camp 2003 yang bertema Street Life.

Berlangsung dari tanggal 28 Juni-15 Juli 2003 di Bandung, In-Docs Junior Camp 2003 yang merupakan kerja sama In-Docs dengan Klab Baca, Bandung Center for New Media Arts, dan Jendela Ide diikuti oleh 15 pelajar SMU Bandung yang lolos seleksi berdasarkan short essay yang mereka buat mengenai kehidupan jalanan. Mereka adalah Cucu (SMUN 26), Yulia (SMUN 26), Endry (SMUN 3), Ferari (SMUN 5), Nugraha (SMU Angkasa), Suca (SMUN 3), Nurrita (SMUN 2), Andika (SMUN 3), Puput (SMUN 3), Lukman (SMU Taruna Bakti), Nisa (SMU Angkasa), Riza (SMU Muthahari), Fatmi (SMU Angkasa), Eva (SMUN 26) dan Shubhi (SMU Al Ma’soem). Para peserta yang dibagi menjadi 5 kelompok, selama camp tinggal bersama di Youth Hostel, Jl. W.R. Supratman, Bandung.

Selama 18 hari para peserta dilatih dasar-dasar pembuatan film dokumenter sambil mengeksplorasi berbagai permasalahan masyarakat perkotaan yang tinggal di Bandung yang terus berubah lewat sebuah riset kualitatif. Mereka dibimbing oleh para tutor yang merupakan ahli film dokumenter dan riset sosial, yaitu Abduh Azis, Tonny Trimarsanto, Haswinar Arifin, Chandra Tanzil, Faozan Rizal dan Dony Kusen. In-Docs juga mengundang beberapa narasumber periset untuk memberikan insight kepada peserta mengenai komunitas-komunitas yang ada di jalanan, yaitu Resmi Setia, Popon Anarita, Pam, Arian, Keri Laksmi Sugiarti, Yulifa Sharlila R. dan Gustaff H. Iskandar. Selama proses pembuatan film dokumenter, mulai dari riset, shooting sampai dengan editing, tiap kelompok didampingi oleh mentor yang mempunyai latar belakang produksi film dokumenter dan riset sosial. Mereka adalah Tonny Trimarsanto, Eko Harsoselanto, Dien Fakhri Iqbal, Rhino Ariefiansyah, I Gusti Ketut Trisna Pramana, Tarlen Handayani dan Freddy Aryanto.

Setelah empat hari pemberian materi di dalam kelas yang bertempat di Jendela Ide dan Common Room Bandung Center for New Media Arts, peserta kemudian langsung turun ke jalan untuk melakukan riset. Mereka berinteraksi langsung dan beradaptasi dengan suasana jalanan dan juga kebiasaan komunitas jalanan tersebut. Dari hasil riset, tiap-tiap kelompok kemudian menentukan subyek film mereka.

Setelah camp selesai, kelima kelompok peserta menghasilkan lima film dokumenter pendek berdurasi kurang lebih 15 menit yang merupakan kesatuan dari seri Bandung Street Life. Film mereka inilah yang pada tanggal 20 Juli 2003 diputar perdana di Asia Africa Cultural Center (Majestic). Setelah pemutaran lokal, seri Bandung Street Life ini akan diputar untuk umum pada bulan Oktober 2003 di Jakarta International Film Festival.

In-Docs berharap film dokumenter yang dihasilkan peserta In-Docs Junior Camp 2003 dapat membantu masyarakat mengomunikasikan permasalahan mereka ke publik yang lebih luas, dan juga ke anggota masyarakat itu sendiri.

19 Juli 2003 - 13:12 (Diposting oleh: ab)

Sumber : http://relawan.net
<<< back to Jendela Ide