Sunday, October 10, 2004

Perdagangan Satwa Liar Marak

BANDUNG, (PR).-
Perdagangan liar satwa yang dilindungi di Kota Bandung bukan saja semakin marak, tetapi juga jaringan perdagangannya sudah berupa sindikat atau mafia.
"Saat ini para pedagang liar jarang yang berani secara terang-terangan memperjualbelikan satwa yang dilindungi. Tetapi mereka berkedok menjual satwa yang tidak dilindungi seperti kucing, anjing, ular, dll.," kata Direktur Konservasi Alam Nusantara (Konus), Hasudungan Pakpahan, M.T., di sela-sela acara "Primate Day III" di Taman Cilaki Bandung, Minggu (10/10).
Untuk membeli satwa liar yang dilindungi, lanjutnya, konsumen harus terlebih dahulu bernegosiasi dengan pedagang, bahkan terkadang mereka harus mengadakan pertemuan rahasia. Setelah harganya disepakati, biasanya akan ditentukan lokasi dan waktu transaksi. "Jaringan perdagangan berupa sindikat tentunya akan semakin menyulitkan untuk memberantasnya. Untuk itu, diperlukan kerja sama semua pihak mulai pemerintah pusat, pemerintah daerah, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), kepolisian, LSM, dll.," kata Pakpahan.
Diungkapkan pula, masyarakat yang membeli satwa liar yang dilindungi sebagian besar berasal dari kalangan menengah ke atas. Di lihat dari status sosialnya, mereka seharusnya sadar bahwa membeli satwa dilindungi akan diancam hukuman penjara paling lama 5 tahun dan denda Rp 100 juta.
Kampanye penyelamatan
Konus, sebagai sebuah lembaga yang aktif melakukan kegiatan pelestarian satwa dan habitatnya, berusaha melakukan upaya-upaya pelestarian satwa khususnya di Jabar.
"Salah satunya adalah kampanye penyelamatan satwa. Kampanye yang dikemas dalam bentuk "Primate Day" bertujuan mengajak masyarakat untuk berperan serta sebagai pelaku dalam penyelamatan satwa liar," jelasnya.
Kegiatan "Primate Day III" yang digelar di Taman Cilaki Bandung berupa pameran pelestarian satwa liar dilindungi, pegelaran musik lingkungan, kampanye simpatik, happening art, pesan dukungan untuk satwa liar, dan face painting (melukis wajah).
Pameran pelestarian satwa liar diikuti 8 instansi, masing-masing Borneo Orangutan Survive (BOS) Balikpapan, Conservation International (CI) Indonesia-Jakarta, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Bandung, Konservasi Alam Nusantara (Konus), Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) Sukabumi, Seksi Wilayah Konservasi I BKSDA, Walhi Jabar, dan Wildlife Concervation Society (WCS) Bogor-Indonesia.
Sementara pagelaran musik menampilkan kelompok musik Reregean, Jendela Ide Kids Percussion, Blue Hikers, The Republic of Panas Dalam, Tataloe Percussion, DIGO and Band, dan Pemuda Harapan Bangsa (PHB). (A-115)***
<<< back to Jendela Ide